Tercatat hingga saya menulis artikel ini, virus corona sudah resmi ditetapkan sebagai pandemi 1 bulan yang lalu. Berarti sudah lebih dari 30 hari ya namun demikian rupanya masyarakat di sekitar rumah saya masih saja belum memiliki kesadaran yang cukup untuk melakukan upaya pencegahan atau pemutusan mata rantai penularan virus corona.
Ribet ternyata kalau dibahasakan Indonesia. Di Singapura cukup dikenal dengan Circuit Breaker Policy.
Kalau dipikir - pikir memang kesadaran masyarakat Indonesia masih belum sampai di level yang diharapkan. Ketika ada himbauan social distancing, masih ada cafe yang buka dan super ramai sampai - sampai polda jatim harus membantu membubarkan. Inget kan insiden Cafe Persebaya?
Baru - baru ini saya baca di web ada juga pergerakan kepolisian dan dinas kesehatan untuk melakukan rapid tes di tempat. Alhamdulillah hasil yang keluar negatif semua sehingga seluruh tamu masih diperbolehkan pulang.
Namun demikian hari ini ada lagi berita di Area Gunung Sari serupa terjadi razia serupa dan terbukti ada 2 orang tamu yang menunjukkan hasil tes positif. Keduanya langsung dibawa oleh petugas untuk diperiksa lebih lanjut di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Kebayang tidak sih sudah ada info wabah, sekolah diliburkan, pekerjaan diminta dari rumah tetapi masih ada yang nongkrong di cafe untuk bersantai? Setidaknya bila masih keluar ya pakai masker lah, minimal orang se cafe tidak ketularan. Pak parkir penjaga cafenya tidak ketularan, keluarga dan anak yang kerja disitu tidak ketularan.
Di warung depan rumah masih saja ada yang nongkrong main catur atau main kartu. Minimal 4 orang lah ada yang pakai masker dan ada yang tidak, bahkan ada yang membawa masker namun dipakai menutupi leher atau kepalanya. Aduh .. .. kadang - kadang malah ada orang dari desa lain yang kesitu untuk minum - minum pakai gelas kecil (sloki bahasa saya sekolah dulu) namun tidak ada yang berani membubarkan.
Rupanya kebiasaan selalu memakai masker belum dilakukan secara sadar. Apakah harus dipaksa supaya sadar? Kalau teman - teman pembaca sudah sadar belum?
Mungkin bisnis lagi turun, mungkin usaha sedang susah, tetapi semua merasakan kok. Saya juga tidak bisa kulakan hanya karena wabah Corona ini. Pembeli banyak yang kecewa karena pilihan warnanya jadi berkurang. Bahkan pegawai bulanan juga mungkin merasakan. Belum tentu mereka bisa dapet THR lho. Ada isu kalaupun dapet mungkin dipotong untuk membantu mereka yang membutuhkan
Tetapi kalau yang dibantu malah berkeliaran bebas dan rawan menjadi carier penular virus, ya pasti pada gak rela dipotong?
Lalu apakah harus menyalahkan pemerintah? Rasanya tidak. Menurut saya dari jaman dulu hingga sekarang, hidup tanpa mengharapkan bantuan pemerintah itu lebih tenang.
Mulailah dari dirimu sendiri, selalu pakai masker bila bepergian. Selalu berupaya diam dirumah bila tidak ada keperluan. Nongkrong atau bertemu teman mungkin menyelesaikan masalah jangka pendek (kangen kali) namun masalah jangka panjang (virus coronanya) gak akan selesai bila belum seluruhnya paham
Masih banyak aplikasi smartphone yang bisa dipakai untuk nongkrong rame - rame kok. Di Kantor sama pakai zoom. aplikasi ini saya pakai setiap pagi untuk mereview pekerjaan dengan tim.
Ternyata aplikasi ini juga dipakai anak saya untuk les menyanyi secara online, bahkan kemarin group teman - teman ketika saya kecil pada pakai ini untuk sekedar melepas kangen. Jadi tidak perlu harus bertemu fisik di warung kopi. Padahal di warung kopi dua orang yang ketemu juga asik lihat HP masing - masing.
Sekian deh curhat saya terkait covid19, semoga tetap semangat dalam belajar dan membangun bisnis nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Punya pendapat yang berbeda?
Ingin bertanya lebih lanjut?
Kami sangat berterima kasih bila anda berkenan untuk menuliskan beberapa patah kata di kotak komentar kami
:: klikmenurutsaya ::