Ternyata kebutuhan fashion ini ditangkao oleh pebisnis yang ada. Bandung yang sekarang bisa dibilang tempat belanja baju baju modis di Indonesia.
Factory outlet yang menyediakan baju modis makin menjamur. Sebetulnya seperti apa sih model bisnis factory outlet di bandung?
Apakah bisa membuat factory outlet di luar bandung? Hal apa yang perlu diperhatikan?
Sebetulnya tidak ada yang mengetahui dengan pasti, kapan dan di I mana factory outlet (FO) pertama kali berdiri di Indonesia.
Dapat dikatakan, FO tumbuh dan berkembang pesat di Bandung pasca krisis moneter tahun 1998. FO diasosiasikan sebagai toko yang menjual produk-produk pakaian sisa ekspor. Masyarakat kelas menengah di Jakarta yang semula fanatik dengan produk produk branded dan saat itu sedang terbentur dengan situasi lonjakan kurs dolar Amerika, menjadikan FO sebagai tempat belanja favorit.
Di Bandung, FO banyak dijumpai di kawasan Dago, Jalan Riau, dan Jalan Diponegoro. Selain koleksinya yang sangat ber variasi, daya tarik FO juga terletak pada penataan interiornya.
juga ada.
Misalnya, di China Emporium, pengunjung dipuaskan dengan koleksi pakaian dan aksesori bernuansa oriental, lengkap dengan tempat untuk meramal nasib dan hoki. Sementara di Heritage, pengunjung dapat mengagumi arsitektur bangunan yang ber gaya art deco. Di Formen, koleksi yang disajikan khusus untuk kaum lelaki, mulai dari jas, pakaian casual, sampai topi bareta
Dalam perkembangannya, bisnis FO tidak hanya menawar kan produk pakaian, tapi juga beragam aksesori. Di sana, kaum wanita dapat menemukan berbagai koleksi tas, dompet, scarf,
dan lain-lain. Selain untuk tempat berbelanja, FO juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk bersantai. Kini, beberapa FO besar telah dilengkapi dengan fasilitas kafe untuk bersantai setelah lelah berbelanja.
Salah satu pendukung FO adalah industri tekstil dan garmen. Pihak pengelola FO memperoleh banyak pilihan dengan membeli produk secara grosir di pabrik-pabrik tekstil yang banyak terdapat di Bandung, kemudian menjualnya secara eceran di outlet mereka.
Cara lain yang ditempuh oleh pihak pengelola FO adalah mengirim buyer mereka untuk berbelanja produk ke luar negeri. Di sana, pada saat-saat tertentu biasanya diadakan obral besar-besaran, seperti di Singapura yang terkenal dengan event Singapore Great Sale. Tempat belanja lainnya yang dapat dijadikan pilihan, antara lain The Landmark, Fortress, atau Broadway di Hong Kong, serta Petaling Street di Kuala Lumpur, Malaysia. Jika ingin membeli produk yang bergaya Eropa, buyer dapat mencarinya di Paddy's Market atau The Rocks Market di Sydney, Australia.
Selain di FO, masyarakat juga mempunyai pilihan berbelanja di distro. Dalam hal ini, konsep distro (distribution outlet) sedikit berbeda dengan FO. Umumnya, tempat ini menjual produk-produk yang dirancang oleh komunitas anak muda dengan target pasar komunitas mereka sendiri. Sebagai contoh, komunitas pecinta skateboard membuka distro yang menjual T Shirt, perlengkapan, dan aksesori yang berhubungan dengan skateboard.
Komunitas lain yang banyak menjual produknya melalui distro adalah komunitas pecinta musik rock dan pendukung klub sepak bola tertentu. Meskipun harga produk yang dijual di distro lebih murah dibandingkan dengan FO, namun omzet yang diperoleh cukup besar karena didukung oleh komunitas- nya.
Secara bisnis, konsep distro relatif mudah dikembangkan a modalnya tidak terlalu besar, tempat berjualannya tidak u terlalu luas (dapat menempati kios berukuran 2 x 2 meter), dan lokasinya pun tidak perlu berada di jalan utama sehingga harga sewa tempatnya juga lebih murah.
Berbeda dengan FO, distro berkembang karena ide kreatif dari pengelolanya yang merangkap sebagai perancang produk.
Karena sebagian besar produk merupakan hasil desain dari pihak pengelola dan memanfaatkan bahan-bahan buatan lokal maka harga jual produk pun lebih murah. Hanya saja, kelemahan yang sering muncul adalah kualitas produk yang kadang-kadang tidak konsisten dan konsep produk yang seragam. Artinya, jika saat ini yang sedang ngetren adalah kaos bertema skateboard maka semua distro beramai-ramai menge luarkan produk yang sama. Tanpa menjual produk yang unik dan berkualitas, konsumen distro dengan mudah dapat beralih ke tempat lain.
Bagi para pengelola FO dan distro, konsep penjualan FO dan distro di Bandung layak dijadikan bahan referensi untuk diterapkan di kota lain. Dalam bisnis ini, kreativitas mengolah de dan kejelian menangkap tren global merupakan kunci untuk menuju sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Punya pendapat yang berbeda?
Ingin bertanya lebih lanjut?
Kami sangat berterima kasih bila anda berkenan untuk menuliskan beberapa patah kata di kotak komentar kami
:: klikmenurutsaya ::