"Saat pertama saya berniat bangunin si kecil sholat subuh, secara reflek si kecil malah memukul saya"
Pembaca sekalian, bila teman - teman sekalian mampir kesini karena kesulitan membangunkan anak untuk sholat subuh, pengalaman penulis ini mungkin bisa jadi salah satu obat.
O iya jangan lupa share ke teman yang lain ya bila memang berguna, jangan sampai informasi ini berhenti di pembaca sekalian. Siapa tahu teman kita yang lain bernasip sama. Cara sharenya jangan di copas isi artikelnya, copas aja alamat web kami ^.^
Setelah saya dipukul oleh anak saya (walau gak sengaja), saya tidak mengajaknya sholat shubuh lagi. Saya tinggalkan dia tidur sementara saya ajak kakaknya sholat. Kakaknya memang biasa tidur cepat sehingga dia tidak kesulitan bangun pagi.
Penulis kemudian sadar bahwa si kecil harus diubah dari hatinya. Berhubung dia sangat suka sekali cerita, penulis membungkus ajaran sholat ini dalam bentuk cerita. Sebetulnya hal ini saya pelajari dari ustad Suhadi Fadjaray saat beliau memberikan ceramah di kantor. Rekans sekalian bisa browse di youtube bagaimana dia memberikan ceramah. Sangat mengena menurut saya, bahasa marketplacenya "recommended".
"Kalau lebih suka membaca ya, lanjut aja ya bro"
Baiklah berhubung si kecil yang masih SD menggunakan buku tematik, saya ambil tokoh Udin dari bukunya. Udin adalah karakter anak SD dengan gaya rambut belah tengah dan memakai kaca mata.
Saya ceritakan ke anak saya kira - kira begini :
"Pada hari Minggu Udin yang saat ini Kelas 4 SD mengikuti acara outbound yang diadakan di sekolah. Udin sangat senang bermain di alam. Kakak pelatih outbound memandu permainan dengan tegas sehingga acara berjalan cukup lancar. Outbound yang berlangsung dari pagi sampai sore membuat seluruh anak - anak kelelahan.
Setelah acara selesai, Ayah dan Ibu menjemput udin di sekolah. Perjalanan dari lokasi outbound ke sekolah memakan waktu 4 jam sehingga Udin tiba di sekolah jam 20.00 WIB dan Udin sampai di rumah sekitar jam 20.30 WIB
Setibanya di rumah udin langsung mandi, makan dan langsung istirahat. Dia tidak punya tenaga lagi untuk menyiapkan buku sekolah besok, apalagi mengerjakan PR.
Pada esok harinya kebetulan Ayah Udin bertugas di luar kota, dia berangkat sebelum Shubuh untuk mengejar pesawat pertama yang terbang ke Jakarta.
Ibu bangun memasuki waktu Shubuh untuk Sholat Shubuh lalu langsung memasak di dapur tanpa mengajak dan membangunkan Udin."
Dialog saya dengan si kecil berikutnya seperti ini :
Penulis : "Kenapa Udin tidak bangun Sholat Shubuh?"
Si Kecil : "Mungkin karena dia masih capek dan ngantuk sehingga tidak bisa bangun"
Penulis : "Kenapa Ibunya Udin tidak membangunkan Udin?"
Si Kecil : "Mungkin dia sudah mencoba tetapi Udin gak mau bangun."
Penulis : "Bukankah anak seusia Udin boleh dipukul untuk mengingatkan Sholat?"
Si Kecil : "Memukul itu jahat bukan? Gak boleh memukul."
Intinya saya mengarahkan agar si Kecil paham bahwa anak yang tidak mau sholat boleh dipukul, bukan memukul dengan kasar ya, memukul secara Islam. Mungkin akan saya ajarkan di lain waktu.
Saya lanjutkan cerita ke anak saya lagi kira - kira begini :
"Misalkan, tiba - tiba ada ledakan di panel listrik di sebelah kamar Udin. Panel tersebut konslet dan kemudian timbul percikan api yang membakar korden dan dengan cepat beberapa bagian kamar Udin. Dan pada saat itu memang Udin tidak bangun karena masih kecapekan."
Penulis : "Kira - kira apa yang akan dilakukan Ibunya Udin? Apakah dia akan tetap memasak?"
Si Kecil : "Tidak, dia pasti akan berusaha membangunkan Udin"
Penulis : "Bagaimana cara membangunkan udin yang masih tertidur?"
Si Kecil : "Entahlah, mungkin Ibunya akan berteriak hingga Udin bangun."
Penulis : "Ternyata Udin tidak bangun karena kecapekan. Apalagi yang akan dilakukan ibunya Udin?"
Si Kecil : "Di bisa mengambil air dan mencipratkan sedikit air ke Udin. Bila masih tidak bangun, di guyur air saja."
Penulis : "Ternyata air malah membuat udin nyaman tidur karena terasa dingin dan dia masih tidak bisa bangun. O iya apinya semakin membesar, apa lagi yang bisa dilakukan ibunya Udin?"
Si Kecil : "Ibunya mungkin akan mencoba menggendongnya"
Penulis : "Si Udin ini agak gemuk dan ibunya yang lemah tidak mungkin bisa menggendongnya."
Si Keci : "Ibunya akan mencoba menepuk udin agar bangun"
Penulis : "Udin sudah ditepuk namun tidak bangun, pada saat itu Ibunya teringat bahwa mobilnya yang ada di garasi sudah dekat hampir terkena kobaran api dan bisa meledak kalau tidak dipindah. Apakah Ibu akan memindahkan Udin atau tetap mencoba membangunkan Udin?"
Si Kecil : "Pasti membangunkan Udin"
Penulis : "Bener ya, tetap membangunkan Udin, berarti dia rela berkorban mobil agar anaknya tetap selamat dari api. Pada saat itu dia ingat bahwa ada uang hasil penjualan emas yang belum di masukkan ke Bank, nilainya puluhan juta masih tersimpan di lemari. Apakah Ibunya memilih menyelamatkan uang yang akan dilahap api atau tetap menyelamatkan Udin"
Si Kecil : "Pasti tetap menyelamatkan Udin"
Penulis : "Bagaimana caranya? Di tepuk tidak bisa, diteriakin tidak bisa, diguyur air tidak bisa. Apakah ibunya akan memukulnya hingga bangun? Dipukul dengan lemah apa dengan keras?"
Si Kecil : "Mungkin di pukul dengan agak keras"
Penulis : "Bila masih belum bangun?"
Si Kecil : "Di pukul dengan keras hingga terbangun"
Raut muka si kecil sudah berubah saat dia mengatakan jawaban ini. Lalu dengan lembut saya tanya ke si kecil, apakah ibu nya Udin memukul karena marah atau karena sayang sama Udin?
Si Kecil menyadari bahwa ibunya Udin memukul karena sayang. Dia memukul agar Udin terhindar dari selamat dan terhindar dari kebakaran.
Dari sini, saya tinggal menegaskan apa yang diajarkan tentang sholat dan kenapa memukul itu diperkenankan.
Saya kemudian melanjutkan cerita seperti ini :
"Dengan adanya ancaman api di dunia yang besarnya hanya sebesar kamar nya Udin, seorang ibu rela meninggalkan apa yang sedang dikerjakannya untuk menyelamatkan anaknya dari bahaya kebakaran. "
"Seorang Ibu itu rela meninggalkan hartanya berupa mobil dan uang untuk menyelamatkan hidup anaknya. Bahkan dia rela menyiram dan memukul anaknya agar anaknya bangun dan selamat dari api dunia yang hanya sebesar kamar"
"Kira - kira untuk ancaman api neraka yang panasnya melebihi panas api dunia dan besarnya tidak terhingga, apakah ibunya Udin akan tetap memasak dan memilih Udin terbakar api neraka?"
"Kira - kira bila Ibunya Udin memukul Udin hingga bangun untuk segera Sholat Shubuh, apakah dia memukul karena marah atau karena sayang?"
Si kecil menjawab dengan nada yang lemah, "Ibunya Udin memukul karena sayang sama Udin"
Penulis kemudian memeluk si kecil dan kakaknya yang juga mendengarkan. Alhamdulillah mereka tersadar bahwa bahaya api neraka lebih nyata dan tidak apa - apa bagi orang tua memukul anaknya agar mereka Sholat.
Itu tanda bahwa orang tua menyayangi anaknya, bukan tanda orang tua memarahi anaknya.
Sejak saat itu penulis lebih mudah membangunkan si keci yang masih 4 SD untuk bangun sholat shubuh. Kadang ketika agak sulit, penulis tinggal bilang, "Ayo Udin bangun sholat shubuh." biasanya cara ini berhasil dan si kecil terbangun.
O iya, walaupun demikian saya juga masih berusaha agar hal ini terjaga dan sholat kami semakin disempurnakan oleh Allah. Yang pertama tentu, jangan sampai si kecil tidur terlalu malam. Seperti apapun cara kita membangunkan, bila dia tidur terlalu malam, tentunya paginya sulit bangun. ^.^
Kita sebagai orang tua wajib berusaha, mengajari dan berdoa untuk keselamatan mereka. Jangan patah semangat ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Punya pendapat yang berbeda?
Ingin bertanya lebih lanjut?
Kami sangat berterima kasih bila anda berkenan untuk menuliskan beberapa patah kata di kotak komentar kami
:: klikmenurutsaya ::