Setelah mendengarkan kotbah jum'at, penulis kemudian mulai berpikir untuk menuliskan intisari dari materi kotbah dengan alasan utama agar penulis tidak melupakan bahwa hukum dari Ibadah Haji tersebut adalah wajib.
Khotib jum'at mengingatkan bahwa saat ini banyak terjadi kondisi yang memprihatinkan mengenai pelaksanaan Ibadah Haji. Al Qur'an dengan jelas mengajarkan bahwa Ibadah Haji tersebut adalah ibadah wajib bila seseorang mampu menjalankannya.
Kebanyakan dari kita (termasuk penulis) merasa bahwa ibadah haji adalah "panggilan" dan umumnya banyak dari kita memakai alasan tersebut dan tidak segera mendaftar ataupun membuka tabungan haji walaupun kita sudah mampu.
Lalu apa ukuran dari mampu? Bukankah alasan ini yang kemudian juga dipakai untuk menghindari ibadah haji? Penulis sendiri merasa banyak sekali dari kita yang tidak berangkat menunaikan ibadah haji karena alasan belum merasa mampu entah dari segi materi atau ilmu agama itu sendiri seperti belum bisa membaca Al Qur'an.
Namun demikian ironisnya banyak juga dari mereka yang menggunakan alasan tersebut memiliki kekayaan yang cukup untuk menunaikan ibadah haji. Khotib Jum'at memberikan contoh banyaknya jamaah yang memiliki cicilan Kredit Rumah, Kredit Motor, Kredit Elektronik, hingga kredit Mebel.
Khotib menambahkan satu hal yang menjadi poin yaitu mereka dengan mudahnya membayar cicilan barang-barang yang tidak terlalu diperlukan namun sama sekali tidak berusaha untuk menyisihkan uangnya untuk berangkat haji.
Lalu bagaimana caranya agar cepat berhaji? Khotib sendiri berpesan bagi dirinya sendiri dan jamaah bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuka tabungan haji. Dan kemudian mengisinya berapapun yang kita mampu. Tetapi sekali lagi harus dibuka dulu tabungan hajinya.
Diapun menambahkan ada banyak sekali cerita mengenai mu'jizat Allah bahwa seseorang yang benar-benar ingin beribadah haji dan sudah membuka tabungan namun belum juga memiliki harta yang cukup untuk mendaftar bisa saja menerima hadiah berupa diberangkatkan oleh orang lain ketika mereka berdoa dengan iklas dan telah berupaya sekeras mungkin.
Penulis juga pernah mendengar banyak satu cerita dimana seorang yang ingin berangkat haji dan ditertawakan oleh rekannya karena memang tidak mungkin bagi dia mengumpulkan uang untuk berangkat haji, namun dia tetap membuka tabungan haji.
Orang tersebut adalah seorang guru ngaji yang hanya dibayar seiklasnya oleh muridnya. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap selain mengajarkan anak untuk mengaji.
Pendapatan dalam satu bulan jelas tidak cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari karena muridnya juga tidak banyak. Namun demikian dia memiliki tekad bulat bahwa dia harus berhadi dan berapapun uang yang dia dapat, pasti disisihkan dan ditabung dalam bentuk tabungan haji.
Suatu saat keajaiban terjadi, guru ngaji ini dikenal oleh seseorang yang merupakan pengurus dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Diapun ditawari untuk berhaji dan ditanggung 100% biayanya dengan syarat dia membantu jamaah haji dan menjadi salah satu pembina ketika di sana.
Merasa doanya dikabulkan dia kemudian berangkat dan Alhamdulillah dapat menunaikan ibadah haji dengan baik. Dan tidak ketinggalan Guru ngaji tersebut juga berdoa bila Allah mengijinkan, maka suatu saat dia ingin kembali mengunjungi rumahnya.
Kemudian keberuntungan pun berbalik. Dengan ridho dari Allah, dari semula hanya bertindak sebagai guru ngaji dengan pendapatan pas-pasan dan hanya dapat bermimpi pergi menunaikan ibadah haji, Guru ngaji tersebut sekarang menjadi salah satu pembina di KBIH tersebut sehingga tentunya dia sering sekali pergi berhaji.
Jadi rekan semua, seberapa kuat keinginanmu untuk berangkat haji? Sudahkah anda memiliki tabungan haji? Kapan anda ingin berangkat haji?
Jawaban dari pertanyaan tersebut hendaknya menjadi motivasi pribadi bagi anda serta penulis sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Punya pendapat yang berbeda?
Ingin bertanya lebih lanjut?
Kami sangat berterima kasih bila anda berkenan untuk menuliskan beberapa patah kata di kotak komentar kami
:: klikmenurutsaya ::